Minggu, 19 Juni 2016

perjuang para tentara indonesia

Kemerdekaan Indonesia yang sudah memasuki usia ke-70 tahun adalah nikmat yang patut disyukuri bersama. Namun, kisah-kisah zaman perjuangan, adalah memori sejarah yang tetap patut dikenang.

Termasuk, sejarah saat agresi militer Belanda II antara tahun 1945-1949 setelah Perang Dunia II. Salah satu yang bisa terungkap dari agresi Belanda ke Indonesia adalah latar belakang yang menyertainya, bahwasanya, para tentara yang dikirim ke Indonesia sebenarnya menolak untuk berperang.

Anak-anak muda kelahiran 1926 yang dikirim ke Indonesia menjadi tentara sudah melakukan beragam cara agar tidak ikut perang.

Tapi, banyak dari mereka yang akhirnya berhenti sekolah karena harus ikut wajib militer. Tidak jarang yang putus sekolah lalu bersembunyi agar tidak dikirimkan ke Hindia Belanda. Beberapa di antara mereka melawan dengan mengatakan, pengiriman tentara ke Hindia Belanda layaknya tentara Nazi yang diterjunkan ke Indonesia.

Banyak dari mereka yang akhirnya menganggap diri mereka sebagai “SS Orange” (untuk mengibaratkan dengan SS Nazi). Kisah ini terungkap dari nukilan buku karya sejarawan Belanda Hylke Speerstra yang meluncurkan cetakan ketiga bukunya yang berjudul Op Klompen Door de Dessa. Buku ini merupakan lanjutan dari buku pertama, Op Klompen Troch de Dessa. Buku dirilis April silam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar